Ahli Gizi IPB University: Puasa Dapat Jaga Organ Hati dari Penyakit Fisik

Sariagri - Masyarakat Indonesia akan menyambut bulan suci Ramadhan beberapa hari lagi. Sejatinya, masyarakat tidak hanya wajib menahan lapar di bulan puasa, namun menjaga stabilitas spiritual dan emosional juga sama pentingnya. Terlebih kesehatan spiritual dan emosional juga berpengaruh pada kesehatan fisik. Dengan itu, ibadah dapat dimaksimalkan dan berjalan secara optimal. Pakar Gizi IPB University, Prof Hardinsyah menjelaskan terkait hubungan antar puasa dan fungsi hati. Ia menyebutkan organ internal terbesar dalam tubuh memiliki banyak peran penting. Di antaranya dalam produksi kolesterol sehat. Organ ini juga berfungsi dalam produksi hormon pertumbuhan, produksi gula menjadi glikogen, produksi cairan empedu, hingga menyimpan cadangan gizi. Menurutnya, masyarakat sebaiknya tidak terlalu banyak mengonsumsi makanan berlemak tinggi seperti gulai dan rendang. Konsumsi terlalu banyak makanan berkolestrol tinggi dapat mempengaruhi keseimbangan kadar kolesterol dalam tubuh. Ia menambahkan, organ hati juga berfungsi dalam produksi albumin yang berperan dalam meningkatkan imunitas. Selain itu, hati juga berfungsi sebagai penyimpan cadangan gizi dan vitamin. Sel darah merah yang sudah ‘kedaluwarsa’ juga akan dirombak untuk diregenerasi oleh hati. Bila hati tidak berfungsi baik, maka sel darah akan menumpuk dan membahayakan tubuh. “Kaitan yang lebih penting adalah terkait fungsinya untuk membersihkan darah dari zat berbahaya dan tidak bermanfaat,” sebut Hardinsyah dalam webinar PERGIZI PANGAN seri ke-90 dengan topik “Optimalkan Puasa untuk Menjaga dan Merawat Hati”,  (30/03/2022). Ia mengungkapkan betapa pentingnya menjaga fungsi hati untuk mencegah tubuh terkena berbagai gangguan hati. Mulai dari penyakit hepatitis hingga kanker hati.  “Tidak hanya itu, gangguan hati juga dapat terjadi akibat gangguan emosional dan spiritual. Gangguan emosional seperti sedih, marah dan kesepian ternyata bisa berpengaruh pada totalitas kegiatan kita,” tambahnya. Menurutnya, fenomena ini terjadi karena kejadian ‘sakit hati’ mempengaruhi jalur ke otak. Gangguan yang bersifat psikologis dapat mempengaruhi aktivitas bagian otak Anterior Cingulate Cortex (ACC). Semakin tinggi gangguan emosional, maka aktivitas ACC akan meningkat dan mengganggu kerja pikiran dan fisik. Sehingga menjaga kesehatan hati tidak sekadar menjaga fisik tubuh, kesehatan non fisik juga perlu dijaga. “Menurut saya, di bulan puasa orang-orang tidak hanya harus pantang terhadap makanan minuman, namun juga pantang pada kegiatan yang membatalkan seperti berkata kasar dan marah. Anjuran agama dalam puasa pasti disertai dengan komponen mengasah diri untuk menjaga keseimbangan aktivitas ACC dan mencegah hati terdampak gangguan non fisik,” ujar Guru Besar lmu Gizi IPB University ini. Menurutnya, puasa yang dilakukan dengan berbasis agama tentunya akan menjaga diri dari keadaan emosional berlebih. Umat muslim harus dapat menahan diri secara totalitas, termasuk cara bertindak dan berpikir.  “Beberapa penelitian meta analisis terkait puasa dan kesehatan hati juga menunjukkan bahwa puasa dapat menjamin kesehatan fisik dan mental seseorang. Ibadah puasa yang dilaksanakan dengan baik dan benar serta berbasis ilmu ternyata memiliki efek luar biasa dalam merawat dan menjaga hati,” pungkasnya. 
http://dlvr.it/SMsSYw

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama