Waspada! Naiknya Harga Komoditas dan Bahan Pokok Picu Terjadinya Inflasi

Sariagri - Kepala Center of Digital Economy and SME’s INDEF, Eisha M Rachbini mengatakan bahwa kenaikan harga-harga komoditas dan bahan pokok yang terjadi sejak akhir tahun lalu memicu risiko tekanan inflasi. Menurutnya, ada dua faktor yang mempengaruhi kenaikan tersebut. Faktor pertama, kata Eisha, diawali dari pandemi COVID-19 dimana memberikan dampak buruk bagi perekonomian. Hal tersebut terlihat dari sempat berhentinya aktivitas sosial dan ekonomi. Eisha menjelaskan bahwa ketika wabah pandemi ini mereda, terlihat permintaan yang turut berangsur pulih seperti pada komoditas minyak goreng namun suplainya belum memadai. Menurutnya, ini terjadi karena permintaan yang tak diimbangi oleh produksi yang terhenti akibat pandemi. "Kedua, terjadi disrupsi supply chain, di mana selama pandemi terjadi layoff shipping firm yang mengganggu distribusi barang di seluruh dunia. Akibatnya suplai terhambat dan tidak memenuhi permintaan pasar barang dan jasa yang mulai berangsur pulih," ujarnya beberapa waktu lalu. Selain itu, lanjut Eisha, kondisi naiknya harga komoditas ini diperparah dengan adanya konflik antara Rusia dan Ukraina imana langsung mendorong beberapa harga komoditas, salah satunya minyak bumi yang mencapai di atas US$100 per barel. Dari sisi bahan pokok, kata dia, Rusia dan Ukraina merupakan eksportir dari gandum, sehingga perang kedua negara tidak hanya berdampak kepada kenaikan harga-harga komoditas, namun juga pada harga bahan baku makanan. "Ini yang menjadi risiko kedepan kalau misalnya harga-harga bahan pokok  dan energi itu semakin meningkat dan tidak terkontrol, itu akan mendorong inflasi kita," jelasnya. Lebih lanjut Eisha mengungkapkan, jika inflasi tinggi di tengah masa pemulihan seperti saat ini akan berdampak pada daya beli masyarakat. Menurutnya, masyarakat akan berhemat, artinya penghematan tersebut dapat berdampak pada konsumsi keseluruhan. Kemudian dari sisi dunia usaha, sektor industri dan bisnis, inflasi yang tinggi akan berdampak pada harga bahan baku. "Beban harga produksi pada industri menjadi meningkat. Listrik, LPG, BBM. Cost structure yang meningkat dengan demikian akan menyebabkan harga produk akhir juga meningkat, dan dapat mendorong inflasi," jelasnya. Eisha menuturkan, ketika cost structure naik, appetite untuk berinvestasi kembali akan berkurang, karena modal industri menjadi terbatas. Ketika sisi konsumsi dan investasi, dua komponen pada pembentukan produk domestik bruto (PDB) terganggu, maka akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Eisha menyarankan agar pemerintah perlu memprioritaskan masyarakat berpendapatan rendah, dengan menjaga daya beli masyarakat terutama ketika harga-harga meningkat.
http://dlvr.it/SNggWf

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama