Sariagri - Harga kontrak kedelai berjangka Chicago Board of Trade (CBOT) atau Bursa Komoditas Chicago menguat untuk sesi ketiga berturut-turut, Rabu (23/3) atau Kamis (24/3) pagi WIB, mencapai level tertinggi dalam hampir sebulan di tengah ekspektasi permintaan pasokan AS akan tetap solid karena penurunan hasil panen di Amerika Selatan.
Penyusutan hasil panen di Argentina dan Brasil juga mendukung pasar jagung, sementara gandum melemah setelah trader menelaah implikasi jangka panjang dari invasi Rusia ke Ukraina.
Kedelai juga diuntungkan dari kekuatan di pasar tunai, di mana dealer di sepanjang sungai Midwest meningkatkan tawaran untuk oilseed saat mereka mencoba mencari pasokan untuk dikirim ke eksportir di Teluk Amerika Serikat.
"Sejauh ini, Brasil mampu memasok kedelai ke China, tetapi kami perkirakan mereka hampir kehabisan pasokan dan kemudian permintaan kedelai AS akan menjadi menarik," ujar Tomm Pfitzenmaier, analis Summit Commodity Brokerage, di Iowa.
Reuters melaporkan harga kedelai berjangka CBOT untuk kontrak pengiriman Mei ditutup melesat 22,25 dolar AS menjadi 1.718,75 dolar AS per bushel atau gantang. Harga kedelai memuncak di 1.736,50 dolar AS, level tertinggi untuk kontrak teraktif sejak 24 Februari.
Reli minyak mentah juga memberikan dukungan bagi kompleks kedelai.
Harga jagung CBOT untuk kontrak pengiriman Mei naik 4,75 dolar AS menjadi 757,75 dolar AS per bushel setelah menyentuh level tertinggi sejak 7 Maret.
Sementara, gandum CBOT Mei merosot 12,50 dolar AS menjadi ditutup pada posisi 1.105,75 dolar AS per bushel.
Trader masih menunggu tanda-tanda eksportir Amerika memenangkan beberapa bisnis gandum yang biasanya masuk ke Rusia atau Ukraina.
"Kita berada dalam perang yang berkepanjangan antara Rusia dan Ukraina," kata trader yang berbasis di Singapura. "Perang akan terus berdampak pada pasokan dari wilayah Laut Hitam."
Turki membeli 245.000 ton impor gandum dan 210.000 ton gandum dikirim dari gudang di Turki dalam tender.
http://dlvr.it/SMG8dX
