Sariagri - Harga kontrak andum dan jagung berjangka Amerika Serikat ditutup melonjak di Bursa Komoditas Chicago, Senin (21/3) atau Selasa (22/3) pagi WIB. Pedagang mengatakan ekspor dari wilayah Laut Hitam akan terus terganggu pekan ini karena pertempuran di Ukraina.
Kedelai berjangka juga melesat, menyusul kenaikan di pasar minyak mentah yang juga berasal dari gangguan besar pada pengiriman energi terkait konflik Rusia-Ukraina.
Reuters melaporkan harga gandum red winter Chicago Board of Trade (CBOT) untuk kontrak pengiriman Mei mencatat kenaikan terbesar, melambung 7,6 persen dan secara singkat menyentuh batas perdagangan harian 85 dolar AS per bushel atau gantang.
Pedagang juga mencatat pembelian oleh investment fund setelah ketiga komoditas itu membukukan kerugian pekan lalu. Penurunan harga jagung menghentikan kenaikan mingguan lima pekan berturut-turut.
"Uang berputar keluar dari komoditas pertanian minggu lalu karena obrolan kemajuan pembicaraan damai meningkatkan prospek resolusi," ujar Arlan Suderman, Kepala Ekonom StoneX.
"Tetapi Wall Street lebih skeptis terhadap perjanjian damai hari ini, memberinya alasan untuk mengembalikan premi risiko ke pasar energi dan agrikultur."
Harga gandum CBOT untuk kontrak pengiriman Mei ditutup melejit 55,50 dolar AS menjadi 1.119,25 dolar AS per bushel.
"Pergerakan hari ini mungkin pasar menyadari bahwa itu bukan lagi kesepakatan jangka pendek, melainkan masalah jangka panjang," kata Charlie Sernatinger, analis ED&F Man Capital.
Program Pangan Dunia (WFP) mengatakan rantai pasokan makanan di Ukraina runtuh, dengan infrastruktur hancur.
Jagung CBOT Mei ditutup naik 14,50 dolar AS menjadi 756,25 dolar AS per bushel, sementara kedelai CBOT Mei menguat 23 dolar AS menjadi 1.691 dolar AS per bushel.
Departemen Pertanian Amerika mengatakan inspeksi ekspor mingguan jagung mencapai 1,466 juta ton, melonjak 28 persen dari pekan sebelumnya. Inspeksi ekspor gandum naik menjadi 330.632 ton dari 307.218 ton.
http://dlvr.it/SM7k2v
