Sariagri - Harga kontrak kedelai berjangka menguat pada penutupan perdagangan di Bursa Komoditas Chicago Selasa (22/3) atau Rabu (23/3) pagi WIB. Kenaikan harga kedelai terjadi di tengah tanda-tanda permintaan ekspor untuk pasokan AS tetap kuat bahkan ketika petani Amerika Selatan memanen tanaman mereka.
Sedangkan harga jagung dan gandum berjangka bergerak lebih rendah, dengan kontrak terdekat menyusut dan penawaran yang ditangguhkan meningkat.
"Benar-benar variatif di sini," kata Mark Gold, Managing Partner Top Third Ag Marketing, seperti dikutip Reuters.
Ekspektasi konflik berkepanjangan antara eksportir gandum Rusia dan Ukraina meningkatkan kekhawatiran atas pasokan global dan memberikan dorongan untuk kontrak gandum dan jagung yang ditangguhkan.
Pelabuhan Ukraina tetap ditutup dan negara itu kemungkinan akan mengekspor hanya 200.000 ton gandum dari Maret hingga Juni, ungkap analis APK-Inform, Senin, ketika memangkas perkiraan 2021/22 untuk ekspor gandum Ukraina menjadi 18,3 juta ton dari 22,5 juta.
Petani di Ukraina berharap bisa memanen sekitar 4 juta hektare gandum musim dingin dari 6,5 juta yang ditanam, kata Menteri Pertanian Roman Leshchenko.
Tetapi trader mencatat bahwa Amerika Serikat masih berjuang untuk memenangkan bisnis baru, menahan kenaikan harga.
Harga gandum Chicago Board of Trade untuk kontrak pengiriman Mei ditutup turun 1 dolar AS menjadi 1.118,25 dolar AS per bushel atau gantang.
Sementara, harga kedelai CBOT untuk kontrak pengiriman Mei menguat 5,50 dolar AS menjadi 1.696,50 dolar AS per bushel.
Eksportir swasta melaporkan penjualan 240.000 ton kedelai ke tujuan yang tidak diketahui untuk pengiriman pada tahun pemasaran 2021/22, kata Departemen Pertanian Amerika.
Harga jjagung CBOT untuk kontrak Mei turun 3,25 dolar AS menjadi 753 dolar AS per bushel.
Leshchenko mengatakan penanaman jagung di Ukraina diperkirakan turun menjadi 3,3 juta hektare pada 2022 dari 5,4 juta di 2021.
http://dlvr.it/SMBczR
