Kisah Sejarah: Nasi Oyek Jadi Saksi Bisu Kekuatan Gerilya Jenderal Soedirman

 

Sariagri - Indonesia dikenal memiliki beragam makanan dan kuliner yang begitu luar biasa. Betapa tidak, ada yang mengatakan 'tongkat kayu dan batu jadi tanaman' dari sepenggal lirik lagu yang dipopulerkan Koes Plus.

Hal ini terlihat dari kisah perjuangan Jenderal Besar Soedirman yang keluar masuk hutan dalam menjalankan tugasnya dalam perang gerilya menghadapi agresi militer Belanda pada 1948-1949.

Dikisahkan oleh Abu Arifin, Ajudan II Jenderal Soedirman, dalam buku Panglima Besar TNI Jenderal Soedirman: Pemimpin Pendobrak Terakhir Penjajahan di Indonesia. Nasi oyek menjadi saksi bisu perjuangan sang jenderal.

Untuk diketahui, nasi oyek merupakan kuliner tradisional asal Jawa ini berbahan dasar singkong. Ada yang menyebutnya berbeda dengan tiwul.

Kisah Seorang Pengawal, ketika berada di daerah Kediri, Jawa Timur, Desember 1948, jenderal besar pendiri Tentara Nasional Indonesia itu bersama pasukannya terdesak masuk ke dalam hutan rotan di wilayah tersebut.

Arifin yang ketika itu berpangkat kapten mengatakan pasukan mengalami kelelahan dan kelaparan luar biasa. Pasalnya mereka dikepung pasukan Belanda di sekitar hutan. Bahkan, logistik pasukan sudah tidak mendukung untuk tetap bertahan di dalam hutan.

Kendati berada dalam kondisi kelaparan yang luar biasa, pasukan masih tetap bertahan untuk melakukan perlawanan. Hingga akhirnya di suatu malam, Ajudan I Jenderal Soedirman, yakni Kapten Soepardjo Rustam, diperintahkan untuk menembus barikade tentara Belanda menuju desa terdekat di kawasan hutan rotan.

Abu Arifin mengatakan, waktu itu Kapten Pardjo-sapaan Soepardjo Roestam- pergi bermodal sarung dan baju bekas untuk ditukar makanan. Ia harus bersusah payah untuk menembus barikade pasukan Belanda untuk sampai ke desa terdekat.

Misi itu pun mampu dijalankan dengan baik olehnya. Arifin dan pasukan semula mengira makanan yang dibawa yaitu nasi, tetapi belakangan Soepardjo baru menjelaskan bahwa masyarakat di sekitar hutan hanya memiliki nasi oyek.

Berbekal nasi berbahan oyek itulah, Jenderal Soedirman dan pasukan mampu bertahan selama beberapa waktu di dalam hutan rotan. Arifin menyebut, nasi oyek menjadi asupan penambah energi dan membuat seluruh pasukan tak merasa kelaparan.

Kisah Arifin ini cukup beralasan karena oyek merupakan karbohidrat kompleks yang mengandung molekul seperti oligosakarida dan polisakarida. Kandungannya lebih banyak dibandingkan nasi dengan karbohidrat sederhana seperti monosakarida.

Lantas karbohidrat pada oyek akan lebih lambat diserap oleh tubuh sehingga energi yang dihasilkan dapat berlangsung secara terus-menerus. Dengan demikian tubuh menjadi tidak mudah lapar dan terhindar dari kegemukan.

Nasi oyek biasanya disajikan di atas pincuk daun pisang dengan taburan kelapa parut yang telah diolah dengan bumbu rempah atau kadang hanya cukup ditambahi garam. Umbi singkong yang dipanen pada usia 12 bulan merupakan bahan baku paling pas karena teksturnya yang masih lembut dan tidak berserat.

Kini nasi oyek masuk dalam daftar wajib para penikmat jajanan lawas. Di situs-situs toko daring pun makin marak penjual nasi oyek atau bahan baku untuk membuat makanan unik ini. Mereka melabelnya sebagai beras singkong atau tetap mencantumkan nama oyek sebagai produk yang dijual.

Bahkan bahan oyek dijual dalam beragam kemasan, mulai dari 500 gram hingga 2 kilogram. Harganya pun bervariasi, mulai dari Rp10.000 hingga Rp30.000 untuk tiap ukuran, jauh lebih mahal dari harga beras.



Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama